First Adsense

Kapan manusia menjadi Raja dan Ratu?

 Bumi tempat manusia berpijak saat ini sempat memiliki banyak imperium yang mengklaim dirinya sebagai penguasa dunia, jika dilihat dari seberapa besar wilayah yang ia taklukan melalui berbagai jalan, baik pertempuran maupun perundingan. Masing-masing imperium tersebut mempunyai pemimpin yang membawa keberjalanam imperium yang dikuasainya. Raja, ratu, kaisar, sultan, pangeran, maupun putri adalah sebutan bagi mereka sang 'empu'nya kerajaan. Dengan kekuasaan yang dimiliki, mereka mampu mendapatkan sorotan dari rakyat yang ia pimpin, terlepas dari apapun atau bagaimanapun cara Sang Emperor mengelola kerajaannya. Ya, dengan mendapatkan perhatian maupun pengakuan dari manusia yang ia pimpin, seorang pemimpin imperium akan merasakan legasi dari jabatan yang ia emban. Sementara bagi manusia yang tidak mempunyai kenikmatan berupa kerajaan, kapankah mereka akan dianggap sebagai raja dan/atau ratu? 

1. Saat hari kelahiran

Setiap manusia yang dilahirkan di bumi mempunyai harapan untuk mendapatkan keberhasilan pada kehidupannya. Dimulai dengan tangisan pertama ketika ia lahir dari rahim Sang Ibu, bahkan pada tradisi umatt Islam di Indonesia, ayah atau kakek dari bayi membisikkan ke telinga kanan bayi yang telah lahir tersebut dengan suara azan sebagai simbol untuk memulai sesuatu dengan kebaikan. Sang Bayi tersebut akan disambut dengan kegembiraan yang luar biasa dari orang tua, saudara sedarah, keluarga besar dari orang tua bayi, tetangga dekat, kolega dari orang tua, bahkan dari orang yang tidak tahu siapa dia. Tak jarang pesta besar-besaran diadakan untuk menyambut kelahiran dari buah hatinya. Sudah menjadi barang umum, kelahiran dari setiap manusia disambut dengan kesenangan dan tak sedikit yang mendapatkan doa dari keluarga maupun rekan sejawatnya. Dalam banyak kasus, sang anak akan menjadi raja dan/atau ratu sampai usianya 2 tahun, usia PAUD, bahkan akan menjadi raja dan/atau ratu sebelum usia pernikahannya tiba jika ia ditakdirkan sebagai anak tunggal. Tak sedikit juga status sang raja dan/atau ratu tersebut akan segera berpindah ke adiknya manakala sang adik lahir. (Nasib sang bayi ketika memiliki adik terlalu cepat ha ha ha).

2. Saat hari pernikahan

Pernikahan adalah simbol cinta suci yang diikat secara sah oleh semua agama. Bersatunya insan manusia yang berlainan jenis kelamin dalam sebuah ikatan inilah yang sering dikaitkan dengan momentum untuk membina kehidupan yang baru. Ucapan "Selamat menempuh hidup baru" adalah kalimat yang paling umum diucapkan oleh tamu undangan yang hadir dalam sebuah acara pernikahan. Pada pesta pernikahan, semua hadirin bersuka cita dengan menikmati hidangan yang telah disediakan. Mereka membawa anak dan pasangannya masing-masing, (kalau belum menikah membawa pacar atau sendirian he he he) untuk meramaikan acara pernikahan yang digelar dari keluarga Sang Mempelai. Mengabadikan foto bersama Sang Pengantin menjadi momen wajib pada hari itu. Tak lupa, masing-masing tamu undangan juga memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru tersebut, sekaligus memberikan doa yang terbaik (barangkali) agar kedua sejoli itu bisa menjalani kehidupan berkeluarga dengan baik. Dibalik itu semua, bisa dibayangkan capek yang dirasakan oleh 'Sang Raja dan Ratu' ini ketika menyalami ratusan, bahkan ribuan orang yang menghadiri acara pernikahannya. Melelahkan (kelihatannya), tapi wajah mereka nampak bahagia dengan make up yang biasanya merias wajah masing-masing.

3. Saat hari kematian 

Momen yang pahit namun benar adanya. Seseorang akan kembali menjadi raja dan/atau ratu manakala kematian telah menimpanya. Segala macam urusannya akan diutamakan oleh keluarga maupun tetangganya. Ia akan dihormati dan dikenang jasa selama hidupnya ketika peti jenazah menjadi tempat persemayaman terakhirnya. Tak jarang, para pembenci dan orang yang abai terhadapnya turut ikut mengenang, bahkan mendoakan yang terbaik untuknya. Hari kematian adalah sebuah ironi dari sekuel raja dan/atau ratu dari seorang manusia. Raganya telah terpisah dari jiwanya, namun pujian dan kenangan indah yang ia lakukan malah terlontar dengan deras ketika ia tidak bisa melihat secara langsung. Raganya sudah terbujur kaku, namun segala rahasia kebaikannya malah tiada henti mengalir dari mulut para pelayat. Lantunan doa yang ia harapkan ketika hidup malah terus diucapkan manakala ia tidak bisa lagi berterimakasih. Sebuah ironi, namun (nampaknya) benar adanya. Sang Raja dan/atau Ratu ini akan ditahan kepergiannya sampai waktu pemakamannya telah tiba. Ia akan ditangisi atas kepergiannya, sesuatu yang mungkin belum pernah didapatkan manakala ia masih hidup. Ia juga akan dirindukan senyumannya, (walau hanya sehari, mungkin) suatu yang mungkin tidak ia dapatkan ketika ia membuang senyum ramah kepada orang-orang disekitarnya. Walaupun manusia akan diakui sebagai Sang Raja dan/atau Ratu pada hari kematiannya, mereka juga akan benar-benar kehilangan 'segalanya'. Manusia akan dilepas sendirian (bagi banyak orang sendirian adalah teman yang paling setia sih, he he he). Keluarga dan tetangga akan meninggalkan dirinya ketika pemakaman selesai dilaksanakan. Bahkan (yang paling ironis), harta yang ia perjuangkan selama hidupnya pun akan meninggalkannya sendirian. 'Takhta' yang ia dapatkan akan meninggalkannya juga, bahkan tergantikan oleh orang yang baru. Sang Raja dan/atau Ratu akan merasakan takhta terakhirnya, sekaligus kehilangan semuanya.

Ironi menjadi manusia, status Raja dan/atau Ratu yang sebenarnya ia dapatkan pada dua momen yang berada di luar kontrolnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Angels Like You

  Mmm, mmm, mmm Flowers in hand, waiting for me Every word in poetry Won't call me by name, only baby The more that you give, the less t...