First Adsense

Serpihan Kayu


    Sejauh pengalaman hidup yang kuperoleh, ketika manusia bersedia untuk menjadi sosok pendengar daripada menjadi 'orator' atas kisah hidupnya, maka si pendengar akan memperoleh kesan sebagai pendengar yang baik, barangkali sih. Tapi tidak perlu dinafikkan, bahwa manusia adalah sosok yang ingin didengar. Selain itu, manusia lebih suka menuntut hak daripada melaksanakan kewajiban. Pelajaran hidup yang kuperoleh dari beragam latar itulah yang membuatku dapat menarik kesimpulan tentang makhluk bernama manusia. Walaupun mayoritas banyak nuntut, tapi manusia yang baik masih banyak, kok. Lihatlah pada berbagai platform media sosial, mulai dari utas twitter please do your magic di twitter, atau berbagai aksi galang dana di instastory, bahkan broadcast melalui Whatsapp sering mengalir melalui WAG. Keren sekali makhluk bernama manusia.

    Manusia, memang makhluk yang unik. Ribuan (mungkin) kenalanku dengan warna watak yang lengkap dari hitam sampai putih berikut gradasinya, membuatku semakin terbuka mengenai sudut pandanglu atas keturunan Nabi Adam ini. Termasuk untukku, manusia yang dianggap tak normal oleh banyak orang. Ketika yang lain lebih suka dengan satu hal, aku malah tertarik dengan banyak hal. Masih banyak sisi yang membuatku pantas disebut makhluk yang bukan manusia, tapi cukup menjadi konsumsi pribadiku saja wkwkwk. Walaupun demikian, aku masih tetap bangga dengan diriku sendiiri. Bahkan banyak opini semua orang mengenaiku yang membuatku trenyuh watakku yang (sepertinya) menjadi pendengar yang baik, mempunyai firasat yang kuat seperti cenayang, berwawasan luas (katanya), pandai menebak sesuatu termasuk arah pembicaraan, bahkan dianggap pintar dan bermutu (terima kasih teman semua).

    Dengan kondisi terkiniku sebagai mahasiswa semester agak tua, tantangan tersulit untuk saat ini adalah termotivasi untuk terus berkembang, menjaga konsistensi hobi yang mulai memudar akibat tuntutan tugas akhir, menjaga kondisi mental karena dibatasi gerak-geriknya akibat pandemi, interaksi sosial secara langsung yang tidak selonggar biasanya, bahkan mengatur pola makan dan jam tidur juga tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun sarana untuk refreshing semakin melimpah, mulai dari bermain game android, membaca novel, mendengarkan kisah maya orang lain, sampai menyimak analis ataupun caster dari turnamen game, tetap saja makhlu bernama manusia, termasuk diriku yang sebenarnya sudah diragukan sisi manusianya, aku tidak mengalami kondisi mental maupun fisik yang optimal secara konsisten.

    Walaupun begitu, aku juga masih punya banyak impian yang harus diperjuangkan. Kalau kata Pak Suminto, guru Biologi SMA ku, jalani saja. Barangkali dengan menjalani hidup yang ada di depan mata akan membuat kita menjadi sosok yang lebih kuat (eak wkwk). Pastinya, tetap harus stay humble dan banyak belajar dari orang lain. Mungkin pembawaanku yang tidak malu untuk berinteraksi dengan siapapun bisa menunjang kemauan untuk belajarku. Semoga impianku tercapai aamiin. Eh, kalau tidak tercapai, semoga Allah ngasih yang terbaik buat aku yaaaa.....

    Mungkin, dengan waktu longgar yang saat ini lebih banyak (barangkali ya), menulis akan menjadi bagian dari terapi untuk mengembalikan ketajaman intuisi dan kemampuan linguistikku yang pudar. Bak serpihan kayu yang dimakan rayap, perjalanan hidup yang mudah dihempaskan oleh angin harus ditempatkan pada wadah yang layak. Karena dari serpihan kayu, mungkin bisa menciptakan sebuat karya monumental yang tak terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Angels Like You

  Mmm, mmm, mmm Flowers in hand, waiting for me Every word in poetry Won't call me by name, only baby The more that you give, the less t...